Total Akomodasi | 1 Properties |
Hotel Populer | SPOT ON 2809 Hotel Yasmin |
Hotel yang paling populer dan banyak dipesan oleh wisatawan diantaranya SPOT ON 2809 Hotel Yasmin
Saat ini, ada sekitar 1 hotel yang dapat kamu pesan di Siak
Kabupaten Siak Sri Indrapura merupakan sebuah kabupaten yang pada mulanya menjadi pusat kerajaan Islam terbesar di Riau. Jejak-jejak peninggalan kesultanan masih terlihat di sekitar kota. Kesultanan Riau telah menorehkan sejarah dengan mendukung penuh kedaulatan Republik Indonesia untuk bergabung menjadi bagian dari wilayah RI dan menyerahkan harta benda kerajaan untuk mendukung operasional negara baru ini.
Negara Republik Indonesia sangat menghargai dukungan ini dan menjadikan nama sultan Siak terakhir, yaitu Sultan Syarif Kasim II sebagai nama bandar udara di Riau. Hal ini ditujukan sebagai bentuk penghargaan terhadap Kesultanan Siak.
Untuk dapat menuju ke Kota Siak, bandar udara yang terdekat adalah Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru. Waktu tempuh dari Jakarta – Pekanbaru dengan pesawat udara kurang lebih 1,5 jam. Dari bandara Sultan Syarif Kasim II, Anda dapat menggunakan Damri untuk menuju ke Terminal Payung Sekaki yang merupakan terminal besar di Kota Pekanbaru. Sampai di terminal, Anda bisa lanjutkan perjalanan dengan bus tujuan Siak. Perjalanan dari Kota Pekanbaru ke Kabupaten Siak menempuh waktu selama 3-4 jam.
Jika Anda menggunakan bus dari Jakarta, Anda dapat menggunakan bus antar kota atau antar provinsi tujuan Jakarta-Pekanbaru yang akan menempuh perjalanan selama 2 hari 2 malam dengan melewati empat provinsi di Sumatera, yaitu Lampung, Palembang, Jambi, dan Padang. Dari Kota Pekanbaru, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki bus yang menuju Siak. Tersedia beberapa bus dengan armada yang menawarkan kelas Ekonomi hingga Eksekutif demi kenyamanan perjalanan Anda.
Istana Ashserayah Hasyimiah atau yang lebih dikenal dengan Istana Siak mempunyai arsitektur Eropa yang didatangkan langsung dari Jerman. Arsitektur bangunan ini mengambil corak Arab, Melayu, dan Eropa. Istana Ashserayah Hasyimiah dibangun pada 1889.
Di dalam istana, terdapat peninggalan barang-barang kerajaan, seperti keramik, cermin, kursi makan, hingga lampu-lampu kristal antik. Dari sekian banyak peninggalan kerajaan, yang paling menarik adalah komet, sebuah alat musik sejenis gramophone yang hanya ada dua buah di dunia, yaitu di Indonesia dan Jerman, negara asal pembuatnya. Komet ini terbuat dari baja yang dapat memutar lagu-lagu instrumental hasil karya komposer terkenal dunia, seperti Mozart, Beethoven, dan lainnya.
Foto-foto sultan dan keluarganya saat beraktivitas menjadi bukti sejarah kejayaan kesultanan ini di masa lampau. Untuk dapat mengetahui sejarah lengkap dari kesultanan ini, Anda dapat meminta penjaga istana untuk menceritakannya sambil mengantar Anda berkeliling di kawasan istana.
Masjid Raya Syahabudin merupakan masjid kerajaan yang dahulu didirikan oleh Sulltan Syarif Kasim I. Walau sudah mengalami beberapa perubahan, masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Di belakang masjid ini, terdapat makam Sultan Syarif Kasim II yang merupakan keturunan terakhir dari Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Danau Zamrud atau yang disebut juga Danau Pulau Besar berada di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura. Danau ini memiliki luas sekitar 28.000 hektar. Di sekitar danau, terdapat hutan suaka marga satwa dengan aneka satwa dan tumbuhan langka yang masih bisa Anda temukan di sini. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini berupa pinang merah, ikan arwana, dan ikan belido yang masuk ke kelompok hewan yang dilindungi.
Jembatan Istana Siak berada 100 meter di sebelah tenggara Kompleks Istana Siak yang terbentang di atas Sungai Siak. Di bawah jembatan ini, terdapat sungai yang menjadi parit pertahanan Kesultanan Siak di masa lalu. Jembatan Siak dibangun pada 1899.
Monumen Pompa Angguk berada di Minas yang terkenal akan hasil bumi minyak dengan kualitas terbaik di Riau. Minas juga menjadi wilayah pengeboran minyak pertama di Riau, namun pompa ini tidak lagi digunakan karena sumber daya minyaknya telah habis. Kini, pompa ini menjadi salah satu objek wisata di Riau, sekaligus sebagai bukti sejarah keberadaan sebuah sumur minyak tua dengan kedalaman mencapai 800 meter yang mulai dibor pada 1944. Merek pompa yang digunakan adalah Lufkin dan menjadi nama monumen sejarah perminyakan yang berdiri di Kota Minas, Riau dengan megah dan terus mengangguk setiap saat.
Kapal Kato dengan ukuran panjang mencapai 12 meter dan berat 15 ton yang terletak di tepi Sungai Siak ini telah menjadi sebuah monumen bersejarah dan tujuan wisata di Kota Siak. Kapal ini merupakan sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara yang dimiliki oleh Sultan Siak dan menjadi armada transportasi sultan saat mengunjungi semua wilayah kerajaannya. Kapal ini juga menjadi bukti bahwa Kesultanan Siak merupakan kerajaan dengan sumber daya yang melimpah dan makmur pada masanya.
Desa Mempura ini terletak berhadapan dengan Balai Kerapatan Tinggi Siak, di mana terdapat sebuah sungai yang diberi nama Sungai Mempura. Untuk mengunjungi desa ini, pengunjung harus menggunakan perahu dayung atau bermotor yang akan membawanya ke hulu sungai menuju Desa Mempura. Di sepanjang tepi sungai, terdapat hutan yang masih alami yang ditempati kera-kera liar. Lokasi ini kerap dikunjungi untuk tujuan penelitian vegetasi ataupun satwa yang ada di Sungai Mempura.
Desa Mempura pernah menjadi pusat Kerajaan Siak pada masa Sultan Abdul Djalil. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Desa Mempura dan diberi gelar Marhum Mempura.
Festival Siak Bermadah adalah acara seni budaya yang diselenggarakan setiap September, bertepatan dengan ulang tahun Kota Siak. Festival ini menjadi ajang perlombaan berbagai jenis seni, seperti zapin, adat istiadat mengarak pengantin, berbalas pantun, senandung menidurkan anak, joget tembak, bujang dan dara, langgam melayuz hingga tari kreasi. Festival yang diikuti oleh setiap kecamatan ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung menyaksikan seni pertunjukan Melayu di tempat asalnya langsung.